Friday 8 May 2009

PEDULI GIZI Bagian I

Perhatian terhadap gizi terus menerus setiap hari terasa merepotkan, belum lagi kita harus memikirkan urusan yang lain, termasuk kebutuhan rutin selain makanan. Apalagi kalau kita termasuk kelompok keluarga yang bekerja semua, dan hampir setiap hari rumah juga tidak ada penghuninya pada jam-jam kerja; atau paling tidak hanya orang yang mengurus rumah tangga saja yang berada di rumah.
Benarkah mengatur menu makanan setiap hari itu menyibukkan? haruskah setiap kita merencanakan menu makanan untuk keesokan harinya? Tentu tidakperlu,kita biasanya mengatur menu makanan setiap minggu. Bagaimanapun,memang kebanyakan remaja menggerutu jka setiap senin misalnya, menu makanannya sama. Mereka memilih beli bakso, mie goreng, bahkan pentol celup, daripada harus makan dengan menu yang sama pada hari yang sama.
Tidak mudah bagi para ibu memotivasi keluarganya untuk menyukai makanan yang telah diatur menunya setiap hari. Ada saja yang mereka keluhkan, kemaren kuah, sekarang kuah. Eh lagi-lagi oseng-oseng, gimana sih. Lho kemaren telur dibumbu sekarang kok tahu telor, apa ga ada selain telur? Idih, kemaren tahu dibumbu merah, sekarang daging dibumbu merah lagi, ini sisa bunbu kemaren ya?
Itulah suka duka seorang ibu, kata orang. Benarkah hal itu merupakan suka duka? Perlukah kita berduka hanya karena kata-kata keluarga yang menyoroti menu makanan? Sebenarnya, saat seperti inilah yang seharusnya ditunggu-tunggu oleh seorang ibu atau seorang pengurus rumah tangga. Padasaat mereka mempertanyakan atau katakanlah mengeluhkan sesuatu yang membuat mereka tidak berselera, kita harus memanfaatkan efek psikologi ini untuk mendidik mereka dengan jawaban yang diatur sedemikian sehingga mereka menyadari bahwa sesungguhnya mereka merugi kalau mengeluh kemudian tidak mau menyentuh makanan yang ternyata lebih bergizi dibandingkan dengan yang mereka harapkan.
Nah para ibu, marilah sekarang kita menjalankan misi hidup sehat dengan mengatur menu tiap 5 hari, atau 7 hari, atau 10 hari. Walaupun menu disusun tiap 5 atau 10 hari, tidak masalah, belanja tiap minggu juga tidak begitu berpengaruh. Kita kan sudah mengatur menu lebih dahulu sebelum belanja mingguan.
Tantangan kita adalah mengatur menu masakan yang disesuaikan dengan bahan-bahan mentah yang tersedia di pasar. Seperti biasanya, apabila menu sudah diatur, daftar belanja sudah dicatat, pada saat belanja beberapa bahan tidak ada, maka dengan cepat kita mengubah menu sesuai dengan bahan yang tersedia di pasar. Sampai di rumah kita ubah menu yang telah disusun, menjadi menu baru, dengan beberapa perubahan.
Tidak semua bahan makanan kita beli mingguan, sebagian kita beli harian, apalagi kalau rumah kita dekat toko atau di tempat kita bekerja ada orang jual bahan makanan mentah. Kadang-kadang kita beli masakan matang, namun tetap disesuaikan dengan menu yang telah disusun.
Memang kita harus menghindari jangan sampai bumbu kemaren yang isinya habis, kita isi lagi dengan bahan makanan lain. Mungkin untuk berhemat, seorang ibu menggunakan sisa bumbu untuk masakan di hari berikutnya. Jika memang terpaksa halini dilakukan, maka kita harus kreatif, sedikit masakan itu divariasi. Misal ada sisa bumbu merah, maka bumbu itu dapat digunakan untuk membuat gorengan dari tahu, telur, sedikit tepung, dan ditambah dengan wortel, bawang bombay atau sejenisnya, sehingga tidak tampak kalau masakan itu sebagian bumbunya menggunakan bumbu kemaren. Harus dipastikan bahwa rasa dan wajahnya telah berubah. Sisa oseng-oseng saja, dapat diubah menjadi masakan yang tetap bergizi dengan rasa dan wajah berbeda. Keluarga kita, selalu menuntut kita untuk dapat menyediakan masakan yang setiap harinya berbeda. Kalaupun terulang lagi, paling tidak 5 hari sekali, namun dengan urutan masakan yang berbeda dengan sebelumnya.
Selamat mencoba, dengan penuh kesabaran, keikhlasan, rasa syukur yang tiada tara, karena mendapat kesempatan dipercaya oleh keluarga untuk mengatur menu dengan selera tinggi, penuh gizi, hemat, dijamin sehat.

No comments:

Post a Comment